14 Oktober 2006

Tentang 5 Perkara

Semua berawal dari keinginan: Ingin lebih aktif lagi mengisi Ramadhan. Setelah tahun lalu merasa ‘kecolongan’. “Hati-hati dengan keinginanmu, suatu saat akan menjadi nyata”. Tak dinyana, cepat atau lambat, semua keinginan yang semula berupa bayangan menjelma menjadi sosok kesibukan. Alhamdulillah.
Catatan kecil, 10 hari terakhir Ramadhan.

1. Dompet Dhuafa
“Suatu saat nanti, anak cucu kita mesti pergi ke museum untuk melihat kemiskinan." (Muhammad Yunus, peraih Nobel Perdamaian 2006).
Sekilas tidak terlihat hubungan antara Dompet Dhuafa (DD) dan kutipan di atas. Namun jika melihat lebih jauh, dua nama ini seolah berada dalam frekuensi yang sama: mengentaskan kemiskinan, tidak dalam tataran retorika dan wacana. Dua-duanya menjadi oase bagi kaum dhuafa. Yang satu (DD) pada skala nasional, yang lainnya lebih mengglobal lewat Grameen Bank. DD semakin diakui eksistensinya di Indonesia, Grameen Bank mencengangkan dunia lewat raihan nobel perdamaian tahun 2006! Komite Nobel seakan mengultimatum penduduk dunia bahwa ancaman bagi perdamaian ialah kemiskinan. Sekali lagi: Kemiskinan. Hingga layaklah, sosok yang seumur hidupnya berjuang mengentaskan kemiskinan di Bangladesh (dan dunia) meraih penghargaan tersebut.
Cerita lebih lengkap tentang kiprah M. Yunus dapat di googling dengan kata kunci Grameen Bank ato Muhammad Yunus.
Cerita mengalir kembali pada Dompet Dhuafa. Inilah awal kesibukan, setiap hari menyelami dunia filantropi di Pontianak. Begitu terasa denyut perjuangan amilin lainnya. Begitu terasa dahsyatnya solusi yang ditawarkan oleh zakat, bila dikelola dengan baik. Begitu terasa Ramadhan memang tak sekedar lapar dan dahaga. Ramadhankan hari-hariku ya Allah...

2. Wijawiyata Jaring Asia
Ini distributor buku “Semua Jalan Menuju Sukses”. Tak terasa udah lima bulanan saya di Pontianak. Semoga kerjasamanya makin manis, silakan cek disini. Lho, recommended tho!

3. Dai
Agaknya Aa’ Gym mulai stagnan, UJ makin mapan, Arifin Ilham udah mentok, Yusuf Mansyur makin masyhur. Eh, di Mujahidin saya dikejutkan oleh Dody Syihab. Begitu berapi-berapi menembak PR umat: bodoh dan malas. Dunia dakwah semakin berwarna. Ini mengingatkan pada tulisan di Republika dulu: Pada dasarnya, setiap penyakit ada obatnya. Namun untuk satu penyakit yang sama, flu misalnya, obat yang dibutuhkan seseorang berbeda-beda. Panadol mungkin cocok buat Anda, tapi tidak ada salahnya bila saya memilih Aflucaps (bener gak tulisannya). Yah, ada yang cocok dengan Aa’ Gym, tapi ada yang lebih memilih Ary Ginanjar. Atau tidak keduanya, karena pilihannya pada Quraish Shihab. Tentu Anda dapat mendiagnosa, ‘obat’ mana yang paling cocok?
Kalo saya dikejutkan oleh retorika Dody Syihab, saya anggap sebagai suplemen da’wah dari ustadz terdahulu. Sekelompok ustadz yang sadar media, dan semoga media pula yang menjadi kontrol: apakah kata dan perbuatan mereka tetap menjadi satu.

4. Musik Religi
Nah, ini fenomena yang terjadi di Indonesia, musisi papan atas berlomba menelurkan album religi. Semua dimulai Opick lewat Tombo Ati-nya lalu GIGI hingga akhirnya semua band terpanggil menyuarakan kerinduan pada Ilahi. Tak kurang dari Ungu, Chrisye, dan Cokelat mencoba meneruskannya apa yang telah dirintis Bimbo. Tombo ati ono limo perkarane...
*sekarang lagi nyetel Assalamu’alaikum-nya Raihan*

5. Never give up

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda.