3 ‘Dosa Besar’ Google bagi Blogger

Merenung lama untuk menuliskan ini. Setelah berkali-kali menyimak kisah di beberapa forum. Saya menyadari, begitu berartinya Google bagi kelanjutan bisnis online seseorang. Begitu digjayanya, hingga belum ada tandingan sepadannya di Indonesia sampai saat ini. Terkecuali di China, Google KO melawan Baidu.

Sadarkah kita, sekian lama begitu bergantung dengan Google, nyaris tanpa syarat. Apapun hasil ‘page one’ yang ditayangkan Google, kita telan sebagai sesuatu yang paling ingin kita cari.

Berikut inventarisasi 'dosa' (dengan tanda kutip) Google menurut opini saya...

1. Search engine optimization (SEO) is king
Meski bukan Google yang pertama kali memperkenalkannya, tapi tak bisa dibantah, Google yang mempopulerkannya. Bermacam ikhtiar internet marketer untuk menguak rahasianya. Dengan bermacam jurus guna menaklukkan algoritma Google, tapi kadang abai terhadap khittahnya yaitu konten berkualitas. Alhasil: anda bisa lihat judul yang tidak nyambung dengan isi; Optimasi blog on page dengan BOLD, Italic dan Underline yang  kadang membabi buta; Off pagenya spam komen dan link blog di sana-sini; Beternak domain karena katanya keyword on domain lebih maknyus untuk memburu halaman pertama Google; Bahkan kontes SEO pun menjadi ajang membeli page one meski tak sepenuhnya berhasil. 

2. Akuisisi sana, Akuisisi sini
Meski kecolongan lewat Instagram, tak pelak Googlelah yang berperan besar memanaskan industri online ini. Segala yang beranjak besar, biasanya sudah tercium Google. Dan bersiaplah, tak lama kemudian akan ada tawaran menggiurkan menanti. Laksana peribahasa: Ada gula, ada Google. Youtube, Picasa bahkan Blogger itu sendiri adalah hasil akuisisi fenomenal Google.

Tentu bukan sekedar akuisisi, ada segudang data yang berpindah di sana. Seluruh aktivitas online terbaca di sana. Rasa-rasanya tak ada aktivitas online yang luput dari pantauan Google. Dan Google begitu lihai memanfaatkan gudang data ini. Kita ‘telanjang’ di 'mata' Google. :)

Saya pun agak dag-dig-dug bila suatu saat, nasib blog ini pun berakhir dengan berita akuisisi: Dikeluarkan dari kontrakan Blogger.com atau diberi ruang permanen yang lebih besar dalam bentuk lain. Sebenarnya lebih tepat itu sebuah harapan.

3. Menghilangkan frase 'mesin pencari' menjadi Googling
Seluruh aktivitas kita ‘mencari’ diafiliasikan dengan Google. Seperti Aqua bagi air mineral, Sanyo di pompa air, Google menjadi merk generik bagi search engine. Kita jarang lagi menggunakan kata mesin pencari karena ada ‘googling’ menggantikannya. Anda yang ingin mencari sesuatu, “googling saja,” demikian anjuran tak resmi di dunia maya.

Sungguh lelahnya Yahoo dan Bing memudarkan brand Google yang demikian kuatnya.

Akhirnya, bila Google begitu 'berdosa' memporakporandakan aktivitas murni seorang blogger. Nah, obat mujarabnya ialah kembalilah ke jalan yang benar: Content is king. SEO is kong. Tetaplah berpegang teguh pada “sebaiknya-baiknya blog adalah yang paling bermanfaat bagi pembaca.” Lupakan sejenak Google pada saat menulis blog. Menulislah... Karena segala formulasi algoritma Google itu pastilah capaiannya untuk memberi konten yang paling relevan dan paling cocok dengan pengguna.

Dan sadarkah anda, karena memikirkan Google sedemikian lama, saya jadi berkesempatan memikirkan ‘dosa’ Google dan secara sadar membaginya, meski hanya tiga. Dan, saya yakin, anda bisa menambahkannya. 

Google, sebuah langkah kecil yang mungkin Sergey Brin dan Larry Page pun tak menyangka berpengaruh sebesar ini. Jadi percayalah, seribu langkah ke depan kita, pasti haruslah dimulai dengan langkah pertama...

Don’t be evil.