22 Juli 2014

Memulai Bisnis dan Godaan Mempertahankannya...

bisnis toko komputer
Jika kami tidak dapat menemukan sesuatu di dalam lingkaran kompetensi kami, kami tidak akan memperluas lingkaran tersebut. (Warren Buffett)
Mempertahankan bisnis itu lebih sulit daripada membukanya. Adagium berbau plesetan 'mempertahankan juara lebih sulit daripada merebutnya' berkelebat di benak saya—menyala terang dalam beberapa bulan terakhir. Dari cerita langsung, lewat media massa, bersliweran kisah jatuh bangun, buka tutup bisnis di telinga dan mata saya.

Yang terbaru tentu nyaris karamnya Cipaganti. Sebuah perusahaan yang kerap ditasbihkan sebagai raja travel dari berbagai media bisnis tanah air. Sebuah perusahaan yang kerap meraih Top Brand di bisnis intinya.

Karena tergoda melebarkan sayap ke bisnis tambang, yang menjauh dari bisnis intinya, Cipaganti menuju kolaps. Apesnya, duit yang diputar adalah milik orang lain dengan janji keuntungan yang over menguntungkan.

Akankah cerita Cipaganti ini akan khatam sampai di sini?

Masih banyak kisah jatuh lainnya, tapi saya melihat kesamaan kisah bangunnya para pengusaha sukses: kembali pulang ke bisnis inti. Ingat cerita lilitan hutang milyaran dolar Donald Trump. Sang milyuner yang pernah merasakan nestapa kolaps di titik nadir bak pengemis di pinggir jalan. Apa resep suksesnya? Kembali ke bisnis inti: properti!


Semua kisah itu nyaris memiliki kesamaan awal cerita dan dramatisasi dari pengejawantahan pepatah usang “janganlah menyimpan telur dalam satu keranjang”.

Tepat bila keranjang telur utama kita sudah mapan (baca: profit) dan manfaat (membuka lapangan kerja), namun bila belum, jangan sampai semangat ekspansi melupakan bisnis inti yang masih butuh perhatian. Akhirnya, seraya mengingatkan, menjaga dan mempertahankan bisnis itu lebih sulit daripada godaan membuka bisnis (baru).

monolog di penghujung Ramadhan...

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda.