14 Februari 2017

Peluang Bisnis: Menguak Rahasia Bisnis Impor dari A-Z

Bisnis ekspor impor? Menjadi importir? Wuih, frase ini menjadi suatu yang mewah beberapa dekade yang lalu. Tak terbayang menjadi seorang importir di benak, terlintaspun enggan.

Menjadi seorang importir berarti harus siap dengan tetek bengek perijinan dan lembaran amplop di balik meja. Belum lagi modal milyaran yang bikin kantong nyut-nyutan.

Benarkah demikian?

Dulu, mungkin iya.

Pikiran saya mulai terbuka saat mengikuti pelatihan impor beberapa waktu lalu. Meski pelatihannya sudah relatif lama, tapi saya merasa ilmunya masih relevan dan bermanfaat.

Kata impor mungkin akrab dengan kita bila dikaitkan dengan sapi, gula, beras, atau berkait dengan kebutuhan pokok lainnya.

Tapi, tahukah anda, hampir sebagian besar kebutuhan rumah tangga kita itu produk impor? Bahkan cangkul pun impor. Sungguh!

Lho, berarti dengan mengimpor kita memberi makan negara lain dong? Devisa terkuras keluar? Tidak nasionalis?

Benar, kalo kita berhenti berpikir sampai di situ.

Tapi bila kita mau berpikir lebih dalam, maka dengan banyaknya importir maka harga semakin kompetitif, tidak ada monopoli dari pemilik modal dan bila pemerintah mau, ya ini domain pemerintah, maka akan terjadi transfer knowledge, yang bahasa kerennya curi ilmu.

Ya, negara Jepang dan China sebelum menjadi negara produsen di dunia, mereka menjadi pencontek yang baik. Setelah menduplikasi mereka menyempurnakan produknya. Sekarang, bahkan Apple pun diproduksi di China.

Ya, ya, ya. Tapi darimana saya harus memulainya?

Tentu, meski kini proses impor tidak terlalu rumit, tapi bila anda terjun tanpa ilmu, maka seolah anda berperang tanpa senjata. Kematian mengintai seketika. Kebangkrutan bisa menyapa sekejap mata.

belajar bisnis impor

Kali ini, saya akan sharing peluang bisnis impor, menguak rahasianya dari A hingga Z.

Anda pernah melihat di tv produk yang dijual dengan banyak kata HANYA, dan harga ujungnya banyak angka 99999.

Tahukah anda strategi bisnis ini?

Nah, di sinilah otak dan insting bisnis mendapat tempat. Saya mendapat kisah ini dari seorang importir kawakan.

Ada suatu produk "HANYA" yang dijual di TV senilai 1 jutaan. Pena al quran digital, tepatnya. Marketnya besar. Sangat besar malah kalau ukurannya tanah air.

Tanpa berpikir panjang, sang importir ini membawa contoh produk ke China. Dia menantang pabrik di China untuk membuat produk serupa tapi harga lebih murah. Dengan bumbu potensi pasar, kontinuitas penjualan. Akhirnya, nego deal. Barang dibuat dan keluarlah harga... tebak berapa harganya?

200 ribuan. Wow. Seperlima dari harga pasar.

Seni selanjutnya, setelah produksi beres adalah penjualan. Bagaimana menjual ribuan unit dengan nominal milyaran rupiah tersebut?

Karena otak kanan-kiri sudah tajam terasah. Maka tak terlalu sulit sang importir ini untuk memasarkan ribuan unit perbulan.

Gimana caranya?

Pasukan penjualan dibentuk dan siap bergerilya. Ia menjual produk tersebut dengan direct selling. Ditambah bisa dibeli secara kredit.

Bukankah tambah rumit, sudah menjual, menagih pula? Mungkin itu bayangan kita. Tapi dia berpikir sederhana: harga produk sama dengan di TV, 1 jutaan, tapi bisa dikredit. Tentu tawaran ini memikat. Pembeli mana yang tidak kepincut.

Resiko jual kredit: konsumen kabur atau tidak mampu bayar cicilan berikutnya.

Solusinya: Pembayaran pertama 500 ribu sisanya bisa dicicil perbulan. Nah, sekali bayar saja sudah impas bin untung. Berikutnya, bila tagihan macet, ikhlaskan saja. Cerdas dan cadas!

Itu untuk pemain besar, yang siap menggelontorkan M-M-an di pasar impor. Kalo untuk pemain baru, anda bisa coba di marketplace Jack Ma, Alibaba dan Aliexpress. Kalo bisa diibaratkan, Alibaba itu seperti OLX-nya distributor di China sedangkan Aliexpress itu seperti Tokopedia atau Bukalapak.

Lebih aman mana? Aliexpress tentunya. Lebih untung mana? Alibaba dong. High risk. High rizk.

Menurut pengalaman saya, keuntungan yang didapat dari mengimpor langsung barang dari China bisa 3 hingga 5 kali lipat.

Contoh: Saya membeli mobil listrik untuk anak senilai 1,3 juta di toko mainan. Tahukah anda, berapa harga sebenarnya di China? Simak jawabannya di bawah...

bisnis impor china

Ya, saya membelinya sebelum ikut pelatihan impor. Setelah pelatihan, iseng-iseng saya mengecek motor listrik untuk anak yang telah saya beli. Wah, tak sampai 400 ribu rupiah harganya.

Ada beberapa item yang saya beli dari China untuk stok toko komputer seperti Flash disk OTG, dll. Harganya cukup bersaing, karena bebas ongkos kirim. Banyak toko di Aliexpress yang meniadakan ongkos kirim. Cuman pengirimannya agak lambat, kurang lebih 1 bulan.

Untuk anda yang serius berbisnis online dan ingin terjun menjadi pedagang “tangan pertama”, tidak sekedar dropshipper atau ngambil dari agen lagi. Anda bisa mencoba mengambil langsung barang dari China. Kuncinya, cari barang yang sedang dan akan tren. Insya Allah laku, uang cepat mutar.

Riset produknya bisa dari kaskus, tokopedia atau marketplace luar. Jualannya bisa di Facebook (atau FB ads), toko offline atau direct selling. Banyak tool berbayar yang ditawarkan untuk mengotomasi bisnis online anda.

Lumayankan modal 200 ribuan bisa untung 1 jutaan per produk. 5 kali lipat!

Bagi anda yang mau jalan pintas dan tidak mau melewati fase trial and error yang panjang, anda mungkin bisa mengikuti training atau gooling mengenai impor. Di forum-forum online juga banyak yang membahas tentang bisnis impor. Semoga impor ini menjadi jalan untuk transfer knowledge--- yg pada akhirnya dapat menjadikan produk kita mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri.



Selamat berbisnis. Salam berkah berlimpah!

2 Please Share a Your Opinion.:

  1. Gimna nih pk...pngen ikut

    BalasHapus
  2. info lebih lanjut langsung ke sini bos---> https://account.ratakan.com/aff/go/acebiz?i=1471

    BalasHapus

Terima kasih atas komentar anda.