Saya amat jarang keluar kota, selain Jogja tentunya. Di Kalimantan Barat sendiri, meski hampir menjelajahi seluruh kabupaten, jumlah kunjungan tak lebih banyak dari jari tangan.
Sambas pengecualian. Lebih dari lima kali saya berkunjung dalam beberapa bulan terakhir.
Ya, setelah melebarkan sayap ke bisnis properti, saya menerima tawaran untuk take over perumahan di Sambas: Al Fath ---yang kemudian menjadi Taman Al Fath Raya. Saya menerima tanpa berfikir terlalu lama. Pertimbangan saya: lokasi strategis, tak ada cacat legalitasnya, partner bisnis kooperatif dan administrasi perumahan beres. Kendalanya cuman satu: tak ada yang serius mengurusnya. Mis-management. Nah, di posisi itulah saya mengisinya.
Tentu cerita selanjutnya tidak mulus-mulus amat. Di awal pemasaran, saya menghadapi kendala berupa citra perumahan yang "masuk angin". Hembusan sertifikat bermasalah, perumahan mangkrak, dll mendesing di telinga saya.
Tapi alhamdulillah, setelah merekrut marketer/broker lokal, perlahan masalah tersebut dapat diselesaikan bahkan menjadi penyemangat kami. Marketer yang menjadi ujung tombak kami, menjadi solusi dengan kearifan lokalnya. Kini dalam 2 bulan, hampir 20 unit rumah yang telah dibooking.
Selain pemasaran secara konvensional, offline, yang mengandalkan silaturahim, gathering dan mulut-ke-mulut, saya juga mengajak para marketer untuk mengoptimalkan pemasaran online via Facebook. Berikut contohnya:
Ya, setelah melebarkan sayap ke bisnis properti, saya menerima tawaran untuk take over perumahan di Sambas: Al Fath ---yang kemudian menjadi Taman Al Fath Raya. Saya menerima tanpa berfikir terlalu lama. Pertimbangan saya: lokasi strategis, tak ada cacat legalitasnya, partner bisnis kooperatif dan administrasi perumahan beres. Kendalanya cuman satu: tak ada yang serius mengurusnya. Mis-management. Nah, di posisi itulah saya mengisinya.
Tentu cerita selanjutnya tidak mulus-mulus amat. Di awal pemasaran, saya menghadapi kendala berupa citra perumahan yang "masuk angin". Hembusan sertifikat bermasalah, perumahan mangkrak, dll mendesing di telinga saya.
Tapi alhamdulillah, setelah merekrut marketer/broker lokal, perlahan masalah tersebut dapat diselesaikan bahkan menjadi penyemangat kami. Marketer yang menjadi ujung tombak kami, menjadi solusi dengan kearifan lokalnya. Kini dalam 2 bulan, hampir 20 unit rumah yang telah dibooking.
Selain pemasaran secara konvensional, offline, yang mengandalkan silaturahim, gathering dan mulut-ke-mulut, saya juga mengajak para marketer untuk mengoptimalkan pemasaran online via Facebook. Berikut contohnya:
Insya Allah, bila berjalan sesuai rencana maka sold out dalam waktu tak sampai satu tahun. 2 konsumen akan segera berangkat umroh. Mohon doa pembaca sekalian. Kalo bisa, share ke keluarga dan rekan yang lagi nyari rumah pun tak pa-pa. :)
Nah, Anda yang ingin mengetahui bisnis properti lebih dalam, bisa mengikuti kursus bisnis properti secara online. Pertama di Indonesia. Saya akan sharing di sini. Anda juga akan dibimbing hingga punya bisnis properti sendiri. Bisa kavlingan. Bisa perumahan. Pokoknya, modal recehan. Anda berminat? Klik link ini.
Salam Properti.
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar anda.