9 Mei 2008

Oleh-oleh, lagi-lagi

Tanggal 8 Mei pukul 14.59, ada sms masuk. Mata melirik layar telpon jinjing. Ada nama Tonton di sana. Menyeruak sebuah alpa. Janji untuk mengirim foto-foto saat seminar IT goes to UKM belum terlaksana. Akankah akses internet rumahan disalahkan, lagi-lagi lagi. :)
Tapi tidak, mas Tonton justru memberi kabar pertemuannya dengan ibu Marie Pangestu, menteri Perdagangan RI.

courtesy:Virtual

Ah, bukankah itu berita baik. Ya, tapi saya masih juga merasa ada yang mengganjal. Masih hangatnya desakan peserta seminar untuk mendapatkan “sesuatu” dari sebuah seminar. Meski sudah “terbangun”, peserta seminar masih merasa butuh pemantik aksi yang lebih dalam. Whats next? Ini bisa berarti sebuah antusiasme. Gayung yang haus sambutan. Tenang, anda tidak sendiri. :)

Oh ya, saya juga ingin mengupas sedikit tentang dua narasumber (Louise dan Tonton) yang seolah-olah terdapat friksi, antara gratisan dan berbayar. Antara bla-bla-bla atau ble-ble-ble. :) Dari perbincangan selama menuju bandara, mas Tonton berusaha meluruskan perbedaan tersebut. Intinya, ya intinya saja yang saya bahas, kedua “tipe rumah” memiliki kelebihan masing-masing. Ini juga menggambarkan segmentasi dan pangsa pasar yang ingin digarap. Mbak Louise, karena garapannya pasar dalam negeri, jualannya souvenir, dan nyaris single fighter, tentu tidak butuh pabrik, cas-cis-cus Inggris, dan situs yang wah. Sebaliknya, mas Tonton, fokus garapannya global, punya gudang, punya belasan karyawan, tentu membutuhkan sebuah senjata yang tajam. So, apa target pasar yang ingin anda tuju? No pain, no gain.

Ssst, anda masih betah di rumah ini. Atau, saya bawa anda berjalan-jalan ke rumah-rumah lainnya. Ok.
Anda yang ingin berwirausaha, bisa menyambangi Tonton, Nukman Luthfie dan Yodhia Antariksa. Cukup tiga nama dulu. hehehe
Praktis hanya Tonton yang “benar-benar” menjual produk secara online. Tapi kalo anda sedikit jeli, mereka semua pemasar mumpuni lho. Mereka berhasil “menjual diri”-nya secara online. Hingga terbentuk imej yang positif, tanpa dibuat-dibuat. Mereka semakin dikenal lewat aktifitasnya di dunia maya. Ujung-ujungnya, klien berdatangan. Proyek menyapa dengan ramah, tanpa berdarah-darah. Blue ocean strategy mengejawantah di dunia maya. Sungguh.

Sekian, kini. Lanjut, nanti.

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda.