8 Maret 2016

Kunci Sukses: Fokus dalam Bisnis

Adakah bisnis yang sukses besar tanpa fokus? Agak sulit menjawabnya. Bila kita minta bantuan Forbes, maka gelengan jawabannya.

Nyaris top 10 pebisnis terkaya di dunia, fokus pada satu unit bisnis yang mengantarkannya di singgasana. Tak beralih meloncat ke bisnis lainnya seumur hidup mereka. Kalau pun berpaling, biasanya untuk menitipkan ‘uang kecil’. Bila perlu sebut sebuah nama, sosok yang tak lain tak bukan bertahan terus di puncak kampiun, mungkin hingga akhir hayatnya, Bill Gates.

Coba anda sebut nama lainnya? Saya pastikan nyaris tak ada nama yang bisa menjadi trilyuner dengan ilmu kutu loncat. Tahun 2013, menjadi sosok terkaya dari bidang tambang, tahun 2014 di bidang telekomunikasi, tahun 2015 di bidang kuliner. Mungkin ada. Kemungkinan besar tidak.

Di tingkat lokal pun demikian. Agar tidak mengulang menulis hal serupa. Anda bisa baca di Rahasia Bisnis yang Terlupakan: Fokus.



Bagaimana dengan kita?

Anda yang masih bingung di usia yang merangkak naik. Pegawai atau pengusaha. Putuskan segera. Bila sudah memutuskan, pegang erat. Bila tidak bisa mengerjakan apa yang dicintai, setidaknya cintai apa yang anda kerjakan. Cintai bisnis anda, selama masih ada profit di kandung badan.
tips bisnis

Bila sudah menemukan bisnis yang dicintai, pasang kacamata kuda. FOKUS!

Tak ada bisnis yang besar dalam semalam. Maestro lahir dari rutinitas 10 ribu jam. Kupu-kupu bermetamorfosa dari kepompong yang jauh dari kata indah dengan susah payah. Bahkan banyak kepompong yang tidak sempat menjadi kupu-kupu. Keris terukir indah lewat tempaan panas. Makin panas, makin mudah ditempa, makin indah bentuknya.

Jangan berharap bisnis sebesar pemilik Alibaba, Jack Ma, bilamana kesulitan menyapa, anda hanya merengek memanggil mama.

Bagaimana dengan saya?

Ya, sama saja. Saya sama dengan kita. Saya adalah kita. Kadang melihat rumput tetangga lebih hijau, kita ingin juga mencicipnya. Setelah dikecap, ternyata tak seenak yang dipandang. Rumput hijau itu hanya sekedar rumput yang tentu tak lebih enak dari rendang yang terhidang di depan mata.

Setelah mencoba mencicipi beberapa rumput hijau tetangga: toko pakaian, kuliner, sablon, dll, saya akhirnya menyerah. Tak mudah menjadi superman di semua bisnis. Bisa menang di tiap bisnis. Siapapun lawannya.

Saya merunduk khilaf.
“Dalam dunia bisnis, setiap orang dibayar dalam dua koin; koin pertama itu adalah uang tunai, dan koin kedua adalah pengalaman. Ambillah pengalaman terlebih dahulu; uang tunai akan datang menyusul.” (Harold Geneen)
Saya sendiri akhirnya menguntai benang merah bisnis saya yang bertahan: warnet, konsultan IT, properti, penerbitan, dll. Semua muaranya berhubungan dengan laptop dan internet. Di rentang 70-80% lingkupnya. Entah di aspek produksi atau marketingnya. Apakah ini masih dinamakan fokus? Entahlah.

Akhirnya bisnis itu merupakan suatu cara kita bersyukur menikmati setiap inci nikmat Ilahi. Bisnis yang membuat bahagia dan merdeka. Bisnis yang menjadi sajadah panjang kita. Tak perlu ada alasan rumit untuk menjalaninya.

Bagaimana dengan bisnis anda?



Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda.