Sejenak pinggirkan nama Luna Maya - Ariel atau Alona yang tersandung di alam maya. Tentang tato. Tentang rambut. Tentang gelang. Tentang yang belum terbukti ketentangannya... Sudah terlalu banyak perangkat yang disiapkan untuk mengakomodasi kelalaian, atau bahkan, kesengajaan amoralitas di dunia maya. UU ITE misalnya. Ketimbang melebar kemana-mana. Hendaknya kasus dalam ranah ITE ini dapat dijawab dengan UU tersebut.
Alih-alih menyelesaikan, biasanya kita lebih tertarik dengan sensasinya. Sensasi itu sendiri kadang jelmaan dari "senang melihat orang lain susah". Pembunuhan karakter menjadi hilirnya. Bahkan untuk kasus "sekelas" ini biasanya beritanya selalu up to date di berbagai media. Investigasi dilakukan dengan serius. Seserius polesan sandiwara politikus.
Entah itu si Luna- si Ariel, atau si apa, tentu bisa menjadi pelajaran. Bahwa teknologi itu bermata dua. Anda bisa melambung dengannya. Sesaat kemudian dengan mudahnya tersungkur.
Terlepas dari benar atau tidak, asli atau tidak, Luna-Ariel, saya kira bukan yang terakhir. Tapi setidaknya, kasus ini bisa menjadi blue print penanganan dalam kasus serupa berikutnya. Semuanya, hendaknya berujung pada efek jera. Dari hulu, kehatian-hatian harus menjadi panglima dalam menggunakan teknologi. Penyalahgunaan teknologi--carding, pornografi, cracking-- biasanya berawal dari kecerobohan, kenaifan atau ke-gaptek-an seseorang terhadap teknologi yang dimanfaatkan oleh pendekar berwatak jahat. Kita bisa ambil bagian dalam mengatasi hulunya: pencegahan.
Akhirul, aura negatif itu menular. Kita tersadar mungkin saat melihat kuatnya gejala negativisme di sekitar kita. Media, tetangga, teman, dan... Dan percayalah itu semua berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Stop!
So, jangan bugil di depan kamera! Stop!
kasus yang sangat serius di tanggapi oleh beberapa media, mengulas berulang-ulang, membuat penasaran dari yang tua maupun yang muda, hingga pedagang vcd pun meraup keuntungan, hingga membuat tenggelamnya kasus korupsi yang tengah di garap.
BalasHapus